What If … [part 2]

Author :  @dbling826

Judul : What If …

Kategori : Continued

Cast :

– Choi Ha Seok (readers)

– Leeteuk

– Super Junior Members

– Choi Ha Seok Family

part 1 – part 2 – part 3 – part 4 – part 5 – part 6 – part 7 – part 8

***

“Ayo semuanya bersiap-siap!” perintah laki-laki yang sama saat memberi perintah padaku di luar ruangan tadi.

Aku masih melongo melihat orang yang ada dihadapanku sekarang. Dia laki-laki bandara itu. Park Jungsu.

Dia sepertinya tidak mengenalku. Tapi, kenapa tadi dia mengatakan ‘neo?!’ dengan nada terkejut? Pasti dia mengenalku.

Dia mengalihkan pandangannya dariku. Menepuk pelan pundak member lain, memberi isyarat bahwa mereka harus segera pergi sekarang.

Annyeong, Ha Seok” salah satu member menghampiriku yang sedang sibuk dengan beberapa barang yang harus dibawa di sudut ruangan. Sedangkan beberapa orang dari mereka sudah keluar ruangan.

Choneun Ryeowook imnida. Aku dengar dari manager hyung, kau dari Indonesia, ya?” ujarnya sopan. Aku tersenyum ramah padanya sembari menganggukkan kepala.

“Kalau di negaraku, Indonesia, kami terbiasa berjabat tangan ketika berkenalan” aku menjelaskan sedikit. “Choneun Ha Seok imnida” aku mengulurkan tanganku.

“Ahh, begitu rupanya” Ryeowook manggut-manggut mengerti, lalu menjabat tanganku. “Ehh, kami baru saja mengunjungi Indonesia, lho sebelum berangkat ke Paris. Apa kau menonton penampilan kami saat itu?” tanyanya penasaran.

“Hmm, aku sebenarnya tidak terlalu mengikuti perkembangan boyband Korea. Tapi, aku punya . . .” baru saja aku ingin melanjutkan ucapanku,

“Wookie, ayo susul teman yang lain. Nanti saja ngobrolnya” Leeteuk memotong ucapanku barusan dengan nada sedikit marah. Aku meliriknya. Ia kembali sibuk seolah-olah tidak pernah mengucapkan perkataan barusan. Apa dia kesal karena aku ngobrol dengan Ryeowook saat mereka sedang sibuk-sibuknya?

Ne, hyung” Ryeowook segera bergegas keluar ruangan. “Nanti kau ceritakan padaku tentang Indonesia, ya?” ujarnya sebelum benar-benar meninggalkanku.

Aku kembali ke sudut ruangan dan mengambil barang terakhir yang harus dibawa. Setelah yakin semuanya sudah siap, aku berjalan santai melewati Leeteuk yang sibuk sendiri. Aku ingin menawarkan bantuan tapi dia kan tidak memintanya. Nanti aku malah dimarahinya seperti tadi.

“Hey, kau!” langkahku melayang diudara. Sapaan atau seruan? Aku berbalik. “Waeyo?”

“Hana?” ujarnya langsung. Aku terkejut.

“Darimana kau tau nama Inggrisku?” tanyaku penasaran.

“Sudahlah. Lupakan. Ini. Tolong bawa tas kertas ini. Tapi, jangan dibuka. Aracchi??” suruhnya santai tanpa menunggu jawabanku. Aku melirik kesal padanya yang melenggang ringan keluar ruangan.

“Ada apa digedung ini. Kenapa semuanya menyuruhku seenaknya saja” aku komat-kamit kesal sepanjang perjalanan menuju mobil. Hari pertama sudah disuruh-suruh seperti ini. Siapa juga tidak kesal. Tidak ada penyambutan karyawan baru, apa?

Leeteuk’s POV

Neo?!” ucapku tanpa sadar. Orang dihadapanku pun berkata demikian. Sepertinya ia mengingatku saat di bandara kemarin. Apa iya? Setelah berpikir cepat, aku pun memutuskan untuk berpura-pura tidak mengenalnya. Kalau aku mengucapkan sesuatu tentangnya, member lain pasti akan penasaran dan terus-terusan bertanya sampai di dorm nanti masalah ini.

Aku menepuk pelan pundak member lain agar bersiap untuk berangkat ke tempat schedule selanjutnya. Tanpa melihat kearah perempuan itu, aku yakin pasti ia kesal melihat kelakuanku yang seolah-olah tidak mengenalnya. Padahal, dengan jelas aku mengatakan ‘neo’.

Aku memasukkan beberapa keperluan pribadiku ke dalam ransel dan tas kertas. Member lain sepertinya sudah keluar. Aku memperhatikan dari sudut mataku. Ryeowook mendekatinya. Mau apa dia?

Aku mendengar tanpa memperhatikan. Ryeowook ternyata memperkenalkan dirinya. Memang ku akui, Ryeowook adalah salah satu member yang sangat ramah pada siapapun. Apa dia harus ramah pada orang baru juga?

Gadis itu ternyata dari Indonesia. Aku masih menguping pembicaraan mereka. Tiba-tiba aku teringat dengan seseorang. apa dia . . .

“Wookie, ayo susul teman yang lain. Nanti saja ngobrolnya” aku memotong pembicaraan mereka. Perempuan itu sepertinya tambah kesal dengan kelakuanku yang terlihat arrogant. Tapi, mau bagaimana lagi. Ryeowook itu paling suka ngobrol.  Dialah yang paling sering ke kamarku untuk menceritakan kegiatannya sehari penuh.

Ryeowook segera keluar setelah aku suruh. Aku masih memperhatikan perempuan itu dari sudut mataku. Ia sudah selesai menyiapkan beberap keperluan kami nanti di lokasi jadwal. Sepertinya dia tidak memikirkan kelakukan yang cukup arrogant.

“Hey, kau!” aku mencegatnya saat ia akan melangkah keluar. Ia berbalik. Wajahnya terlihat tidak senang dipanggil demikian.

“Hana?” ucapku tiba-tiba. Aku juga tidak tahu mengapa aku mengucapkan nama itu. Gadis itu sepertinya terkejut.

“Darimana kau tau nama Inggrisku?” tanyanya penasaran. Aku diam saja. Apa dia . . .

“Sudahlah. Lupakan. Ini. Tolong bawa tas kertas ini. Tapi, jangan dibuka. Aracchi??” suruhku tanpa persetujuan darinya. Aku meletakkan tas itu dihadapannya, lalu melangkah keluar.

Pikiranku melayang entah kemana. Apa dia . . .

***

Ya, Ha Seok! Kaja!” seseorang melambai-lambai padaku dari dalam mobil. Laki-laki yang menyuruhku pertama kali saat aku menginjakkan kaki disini. Dibelakangnya duduk Leeteuk, leader kharismatik itu. Leader kesukaanku. Tapi, rasa suka ku itu hilang sudah melihat tingkah anehnya hari ini. Seolah-olah tidak mengenalku, padahal dengan jelas aku mendengar dia mengatakan “neo” saat bertemu denganku tadi. Pasti dia ingat aku saat di bandara itu. Atau memang aku yang salah dengar. Ahh, entahlah. Aku berlari menghampiri mobil itu.

“Ayo cepat naik. Kita hampir terlambat” seru laki-laki itu. Aku masih belum mengenalnya. Toh, dia tak mengenalkan dirinya padaku saat bertemu pertama kali tadi.

“Ahh, aku naik bis atau taksi saja” aku mencoba menolak tawaran paman itu. Paman?

Laki-laki itu tertawa, “Mana ada pekerja apalagi stylist yang pergi naik bus jika dari kantor. Kau bercanda? Sudahlah. Cepat naik” perintahnya lagi.

Aku masih diam diluar mobil. Aku masih baru disini. Jadi, belum tau cara kerja orang-orang disini.

“Ahh, kau naksir Leeteuk, ya. Jadi kau malu untuk naik ke mobil ini” laki-laki itu terkekeh. Mataku terbelalak terkejut, begitupun Leeteuk yang duduk di belakangnya.

“Ahh, hyung. Apa-apaan kau ini” Leeteuk mendorong kepala laki-laki itu. Laki-laki itu hanya tertawa. Ternyata dia bisa tertawa juga. Ku kira dia hanya bisa memberi perintah.

Ha Seok-a. Cepat naik. Kau mau bikin nama Super Junior buruk karena terlambat” kali ini Leeteuk yang memberi perintah. Kali ini aku langsung melompat masuk ke dalam mobil. Entah mengapa aku menjadi ngeri jika melihat dia berbicara sejak dia memotong pembicaraanku dengan Ryeowook dan menyuruhku membawa tasnya di ruangan tadi.

***

Mobil van putih itu melesat cepat membelah jalanan ramai Seoul siang itu. Mungkin orang-orang sudah sampai di tempat kerja mereka sehingga jalanan tidak terlalu macet.

“Ahh, kau naksir betulan sama leader kami ini?” laki-laki itu menggodaku lagi melihat kami yang diam saja duduk di kursi belakangnya. Leeteuk sibuk dengan memainkan i-Padnya. Sedangkan aku memperthatikan jalanan dan gedung-gedung yang menjulang tinggi. Sekalian mengingat jalan utama di Seoul. Biar Rara tidak susah mengantarku lagi.

Hyung, kau kenapa sih?” Leeteuk terlihat tidak senang dibilang begitu. Aku diam saja. Tak tahu harus berkata apa. Kalau aku banyak bicara, nanti aku dibilang karyawan baru yang tidak sopan.

“Tidak. Tidak ada apa-apa. Moodku hari ini sepertinya sangat bagus. Nanti malam kita makan-makan yuk. Sekalian merayakan kehadiran Ha Seok ditengah-tengah kita” ujarnya bernada bahagia.

“Ahh, tidak usah sunbae. Aku kan masih harus ditraining selama sebulan. Berarti aku belum resmi bekerja disini” tolakku pelan.

Sunbae? Kau memanggilku sunbae?” ia tertawa “Panggil oppa saja. Member SNSD juga memanggilku begitu” ucapnya masih diiringi tawa. Aku hanya mengangguk mengerti.

“Tapi, nanti aku kan ada jadwal di SUKIRA” Leeteuk ikut-ikutan menolak rencana itu.

“Kau kan siaran jam 10. Nanti jam 12 kita keluar. Tenang, biar aku yang bayar semuanya. Bagaimana? Setuju?” tanyanya lagi.

“Aku ikut suara terbanyak saja” ucapku akhirnya. Leeteuk melirikku sekilas lalu memperhatikan jalanan.

“Hey, Ha Seok. Tidak ada jawaban seperti itu. Jawaban itu hanya ada dua. Ya atau Tidak” ucapnya tegas. Ahh, kenapa aku bisa berada dimobil ini.

Aku hanya mengangguk mengerti. “Baiklah. Tapi, aku harus minta ijin ahjummaku dulu”

Ia tertawa lagi. “Jam 12 keluar itu biasa, Ha Seok. Kalau kau tidak pulang, baru kau sms keluargamu biar tidak khawatir”

Aku tersenyum kecut. Enak sekali orang ini berkata seperti itu. Aku kan tidak terbiasa keluar malam. Jam dua belas malam lagi. Mau makan-makan atau nongkrong dikuburan?

“Aku akan mengirim pesan pada saudaraku saja” putusku akhirnya sembari mengeluarkan ponsel dari saku jaket yang ku kenakan.

“Kau memangnya disini tinggal bersama siapa? Kau dari Indonesia, kan?” oppa itu tiba-tiba bertanya tentang keluargaku. Tanpa menoleh, aku merasa Leeteuk pun tertarik dengan pertanyaan oppa itu.

“Aku tinggal bersama keluarga pamanku disini”

“Kau masih berdarah Korea?” tanyanya lagi. Paman ini banyak tanya juga ternyata.

“Ayahku orang Korea. Tapi, kami sudah lama tinggal di Indonesia karena ayah memulai usahanya disana” jelasku tidak lama. Aku malas menjelaskan secara detail keluargaku pada orang yang tidak terlalu ku kenal.

“Ohh, begitu rupanya” oppa itu mengangguk-angguk mengerti. “Ehh, kami beberapa waktu lalu mengunjungi Indonesia. Kau tau, kan?” tanyanya memastikan.

“Iya. Tapi, aku tidak melihat penampilan kalian waktu itu” ujarku sambil tersenyum tipis.

“Coba kau menonton kami saat itu dan berteriak ‘naega Ha Seok imnida’. Mungkin kami akan mengenalimu langsung saat itu” ujar oppa itu dengan mimik wajah yang heboh. Seperti fans meneriakkan nama idolanya.

“Kau ini pabo. Mana mungkin kedengaran” Leeteuk menimpali ucapan oppa itu. Aku hanya melirik sekilas. Ternyata dia tertarik pada pembicaraan kami.

“Ehh, dia ini bisa bahasa Indonesia, Ha Seok. Apa yang kau ucapkan saat itu” oppa itu menoleh pada Leeteuk sambil memikirkan sesuatu. Leeteuk sepertinya enggan bersuara.

“Aku suka Indonesia gadis” ucapku. Leeteuk terlihat sedikit terkejut.

“Ahh, iya, iya. Dia ini paling suka menggoda wanita. Kau jangan sampai jatuh cinta padanya, ya” oppa itu memberikan warning sederhana padaku. Aku hanya tersenyum mendengarnya. Sedangkan Leeteuk marah besar disebut demikian.

***

Kami akhirnya sampai juga dilokasi jadwal mereka hari itu, di kantor SBS. Mereka akan menjadi bintang tamu untuk SBS Strong Heart kali ini. Tampak segerombolan pria tinggi berdiri di balkon kantor yang sangat luas. Itu member yang lain. Mereka seperti sudah tiba lebih dulu di sana.

“Ha Seok-a” panggil oppa itu dari dalam mobil. Aku turun duluan karena ingin mengagumi bangunan itu.

Ne” jawabku sedikit tersentak. “Waeyo? Ada yang harus kulakukan sekarang?” tanyaku sigap.

“Hmm, kau bawa semua perlengkapan mereka di bagasi belakang, ya. Nanti akan ada stylist lain yang akan membantumu” suruh oppa itu.

Aku melihat ke arah belakang mobil. “Ne.” jawabku pendek lalu berjalan ke belakang mobil.

“Hey!” seru sebuah suara. Aku menoleh. Suara ini lagi.

“Jangan lupa tas kertasku tadi. Ingat! Jangan diperiksa” ujar Leeteuk, pemilik suara itu dengan tegas. Aku hanya mengangguk. Anggap saja latihan militer dengan cara disuruh-suruh seperti itu.

Aku sedang sibuk merapikan beberapa alat yang digunakan untuk rambut, juga alat make up khusus laki-laki. Untunglah aku sudah mengenal nama-nama alat ini dari salon kakaknya Jea.

Ha Seok-nika?” tanya seseorang mengejutkanku. Aku berbalik. Ahh, seorang perempuan rupanya.

Ne” jawabku pendek sambil tersenyum ramah pada perempuan itu.

Choneun Hyerin imnida. Aku disuruh Kibum oppa untuk membantu membawa semuanya ke dalam. Mereka sedang didandani oleh stylist yang ada di sana” perempuan itu langsung mengambil beberapa benda yang kupegang.

“Kibum oppa?” cicitku kecil, nyaris tak bersuara.

Ne” jawabnya sembari memilih barang yang bisa ia bawa “Dia manejer Super Junior”

“Ohh, jadi ahjussi itu manejer mereka. Pantas saja dia menyuruhku seenaknya” jelasku bersemangat.

Ahjussi? Ahh, kau ada-ada saja Ha Seok” ujar Hyerin memukul lenganku pelan. Aku hanya tertawa. Mana ku tahu kalau dia manejer mereka. Kan dia tidak mengenalkan diri dari tadi.

“Ehh, yang itu biar aku yang bawa” sergahku melihat Hyerin ingin mengangkut serta tas kertas kepunyaan Leeteuk.

“Kenapa?” tanyanya heran.

“Itu punyanya si Leeteuk. Nanti dia marah lagi kalau aku tidak menjaganya dengan baik. Dia itu seram juga ternyata, ya” jiwa gossipku mulai keluar.

“Dia memang terkadang seperti itu. Tapi, dia sangat cengeng lho!” ujar Hyerin setengah berbisik. Seakan-akan orang yang sedang kami bicarakan itu ada di sebelah kami.

“Apa iya? Tapi, gayanya arrogant sekali. Padahal aku sempat suka sama dia” aku keceplosan.

“Kau suka dia? Wahh. Nanti aka ku sampaikan pada orangnya” gurau Hyerin membuatku cemas.

“Ahh, bukan seperti yang kau pikirkan. Aku kan juga fans mereka. Tapi, sebelumnya cuma tau, ya sama si leader itu” ujarku berapi-api.

“Kau kok secemas itu? Aku kan Cuma bercanda” goda Hyerin lagi.

“Ahh, Hyerin. Jangan menggodaku terus” rajukku seperti anak kecil.

“Seru juga bisa ngobrol denganmu. Tapi, aku ke sana duluan, ya. Selain disuruh membantumu, aku juga mencari-cari ini” ucap Hyerin sembari menunjukkan hair-spray yang telah ia pegang. “Kami kekurangan ini. Soalnya mereka banyak sih. Aku bawa box ini, kau bawa box itu sama tas kertas leadermu itu, ya” ujar Hyerin menggodaku lagi pada kata ‘leadermu’ dengan nada yang romantis. Aku hanya menghela nafas pendek. Anak ini baru bertemu sekali sudah suka menggodaku.

Hyerin sudah pergi dengan box biru yang ia bawa. Tinggal aku sendirian dengan box merah dan tas kertas sialan ini. Kenapa bawaanku banyak sekali.

Aku meletakkan barang-barang itu di bawah. Menutup bagasi belakang mobil. Lalu melangkah masuk ke gedung itu.

“Astaga!” aku menepuk jidatku sendiri. “Ruangan mereka dimana, ya? Aku kan baru pertama ke sini. Ahh, kenapa tadi tidak kusuruh Hyerin menungguku sebentar” aku mengomel sendiri. “Sudahlah. Aku masuk saja dulu. Siapa tahu ada salah satu dari mereka yang menjemputku ke sini” putusku akhirnya.

Gedung itu terlihat sangat ramai karena fans. Padahal lobbynya saja sangat sepi. Hanya ada beberapa pot bunga besar dan poster berbagai acara yang ditayangkan di SBS. Aku melihat sebuah poster. Ada gambar Leeteuk di dalamnya. Mungkin acara ini yang akan mereka hadiri.

Fans yang bertebaran di luar gedung cukup banyak. Aku membaca sebuah banner raksasa dengan tulisan SUPER JUNIOR. Baru kusadari kalau mereka sangat tenar. Tidak salah kalau Jea juga gila karena mereka. Tapi kasihan mereka. Tidak boleh masuk oleh beberapa satpam yang berjaga. Untungnya aku memakai id card stylist SM sehingga aku bisa masuk dengan mudah ke sini.

Aku masih memperhatikan berbagai poster yang tertempel. Sesosok bayangan menghampiriku. Tiba-tiba fans yang bertebaran itu berteriak dengan kuat. Aku hampir pingsan dibuatnya.

Aku menoleh pada bayangan yang terlihat seperti hantu itu. Ohh, ternyata itu Leeteuk. Pantas saja fans ini berteriak. Artis kesukaannya tiba-tiba muncul sih.

“Ayo cepat. Kau mau bikin skandal denganku berlama-lama disini” bisiknya hampir tak terdengar. Riuh fans membuat kupingku kehilangan akal. Aku hanya menggangguk-anggukkan kepalaku lalu mengikuti langkah panjang Leeteuk.

Aku melirik pria tinggi ini. Sesekali ia melambaikan tangan pada fans diluar sana. Bukannya membuat tenang, lambaian itu justru membuat mereka makin histeris. Aku saja takut mendengar teriakan itu.

Kami tiba dilantai dua. Sudah cukup jauh dari ELF, sebutan fans Super Junior. Hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang. Sepertinya sih kru SBS. Sesekali Leeteuk menyapa orang yang ia kenali yang kebetulan berpapasan.

“Mana tas kertasku tadi?” ia tiba-tiba berhenti. Aku saja hampir menabraknya.

“Ohh, ini” aku menyerahkan tas kertas itu padanya. Seberapa pentingkah isi tas ini?

Ia mengeluarkan jam tangan hitam dari dalam tas itu. Mengenankan jam itu di pergelangan tangannya. Menutup kembali tas kertas berwarna coklat tua dan menyerahkannya padaku kembali. “Ini kau pegang baik-baik. Aku tau, kau yang pegang tas ini. Bukan orang lain” titahnya seperti maharaja. Aku hanya mengangguk pelan seperti rakyat jelata yang tertindas karena hutang melilit. Leeteuk berbalik meninggalkanku begitu saja.

“Ehh, chankkaman” cegatku. Langkahnya terhenti. Lalu menghampiriku.

Waeyo?” tanyanya pendek. “Aku tidak punya waktu panjang untuk ngobrol denganmu”

“Ruangan kalian ada dimana?” tanyaku langsung. Agak kesal mendengar pernyataannya barusan.

“Kau tidak lihat koridor ini lurus tanpa belokan, kan?” ujarnya sambil menunjuk koridor tempat kami berdiri sekarang. Aku diam saja. Benar juga dia.

“Ruangan tunggu kami biasanya di lantai dua. Lihat nama yang tertulis di pintu masuknya. Kau bisa baca hangul, kan?” tanyanya memastikan. Aku mengangguk. Agak kesal. Apa maksudnya? Meremehkanku?

“Kalau kau tersasar, tanya saja pada orang yang lewat disini. Pasti mereka tau” ia mengakhiri penjelasannya sebagai seorang tour guide kantor SBS.

Kamsahamnida” ujarku pendek sambil membungkukkan badan kecil, lalu mengambil box merah berisi beberapa alat stylist rambut yang kubawa sejak tadi tanpa menoleh pada Leeteuk. Aku yakin, dia pasti sudah pergi bahkan tanpa mendengar ucapan terima kasihku barusan.

“Aku suka Indonesia gadis” sebuah suara mengejutkanku. Aku menoleh. Baru saja Leeteuk berbalik dan menjauh dari tempatku berdiri sekarang. Apa maksudnya mengatakan hal itu barusan.

Leeteuk’s POV

Aku melihat sosok kecil itu dari jauh dan berlari menghampirinya. Kontan saja fans yang tegak berdiri diluar heboh melihat kemunculanku.

“Ayo cepat. Kau mau bikin skandal denganku berlama-lama disini” bisikku. Lalu berbalik. Ia mengikuti dengan langkah cepat.

Aku sesekali melambai pada mereka yang pasti sudah lama berdiri di sana. Mereka tambah histeris. Benar kata Sungmin, mengapa mereka histeris hanya dengan melihat kami?

“Mana tas kertasku tadi?” tanyaku tiba-tiba setelah sampai dilantai dua. Agak jauh dari pandangan fans. Ia hampir saja menabrakku.

“Ohh, ini” jawabnya pendek. Aku meraih tas itu.

Aku segera mencari jam tangan hitam yang memang aku simpan disana. Memakainya, lalu mengembalikan tas itu padanya lagi.

“Ehh, chankkaman” suaranya menghentikan langkahku. Aku menoleh.

Waeyo?” tanyaku pendek. “Aku tidak punya waktu panjang untuk ngobrol denganmu”

Dia tampaknya kesal dengan ucapanku barusan. Ohh, ternyata dia menanyakan ruang tunggu kami.

Aku menjelaskan panjang lebar tentang ruangan tunggu kami. Ia manggut-manggut mengerti meski raut mukanya masih sebal karena beberapa perkataanku yang sedikit menyindirnya.

Kamsahamnida” ucapnya pendek sambil membungkukkan badannya, lalu mengambil box yang sedari tadi ia pegang tanpa menoleh padaku lagi. Mungkin dia pikir aku sudah pergi dari tadi.

Aku melangkah maju menghampirinya. Sepertinya dia memang tidak sadar aku masih ada di sini. Mendekatkan bibirku ke telinganya. “Aku suka Indonesia gadis” bisikku akhirnya. Lalu melangkah pergi tanpa menunggu respon apapun darinya. Aku yakin, dia pasti sangat terkejut mendengar pernyataanku barusan. Aku juga tidak mengerti. Mengapa ucapan itu muncul begitu saja dibibirku?

***

Apa maksud ucapan tadi? Aku masih memikirkan hal itu. Aku melihat sebuah pintu terbuka dan segerombolan orang keluar dari sana.

“Ha Seok-a~” salah satu dari mereka menghampiriku.

Aku membungkukkan badan pada Ryeowook, orang yang menghampiriku.

“Kau darimana saja?” tanyanya penasaran. “Padahal aku kan ingin kau yang menata rambutku. Sekalian kita cerita tentang Indonesia” paparnya tanpa henti. Aku tersenyum. Ternyata dia sangat antusias dengan negaraku.

“Wookie-a~ ayo cepat!” seru Yesung dari pintu mereka keluar. Aku menganggukkan kepala pada Yesung. Ia membalasnya.

“Aku ke panggung dulu, ya. Kalau nanti tidak sempat cerita, besok saja kita lanjutkan” ujarnya seraya berlari ke arah Yesung dan melambai padaku.

Aku lalu berjalan masuk keruangan itu. Itu pasti ruangan mereka.

Tiba-tiba Leeteuk keluar dari pintu itu. Kami hampir bertabrakan lagi. Aku memang tidak terjatuh. Tapi, box dan tas kertas yang aku pegang terlepas dari tanganku sehingga jatuh ke lantai dan isinya berhamburan keluar. Seluruh orang yang ada di koridor dan dalam ruangan memperhatikan kami termasuk Hyerin yang sedang duduk di sofa panjang di dalam ruangan.

Aigo! Mianhae!” sesalnya. Lalu ikutan berjongkok membantuku memasukkan barang yang berhamburan keluar.

Gwaenchana. Biar aku saja yang merapikannya” aku memasukkan cepat beberapa barang penata rambut ke dalam box itu.

“Leeteuk-ssi. Kau sudah di tunggu” seorang eonni scripwriter menghampiri kami.

“Aku harus pergi sekarang. Maaf. Aku tidak bisa membantumu” ia beranjak pergi meninggalkanku sendiri. Agak kesal sih ditinggal begitu saja. Kan dia yang menabrakku.

“Kenapa bisa berantakan seperti ini?” Hyerin membantuku merapikan barang-barang itu.

“Ahh, entahlah. Ayo bantu aku menyusunnya” Ha Seok memasukkan cepat barang-barang yang berhamburan keluar dari dalam box merah yang ia bawa. Namun ia lupa satu hal.

“Ha Seok, duduk di sini” ajak seorang perempuan yang ada di dalam ruangan itu. Cukup banyak orang ternyata di dalam ruangan itu. Aku menurutinya. Meletakkan box merah di lantai, lalu duduk di sebelah perempuan itu. Ada sekitar enam orang perempuan di ruangan itu termasuk aku. Apa mereka semuanya stylist?

“Aku sudah mendengar cerita tentangmu dari Ryeowook tadi saat aku menata rambutnya”  perempuan yang mengajakku duduk tadi buka suara. Ternyata namanya Hyora. Ia stylist juga. Tapi, bukan dari SM. Dia stylist yang bekerja di SBS. Ternyata ada ya, yang seperti itu.

Aku ber-ohh ria sambil tersenyum sesekali mendengar obrolannya. Terkadang aku menanyakan hal-hal yang tidak aku ketahui seputar dunis stylist.

“Kau sekolah stylist dimana?” tanya Hyerin tiba-tiba.

“Hmm, aku tidak sekolah stylist. Tapi, aku punya pengalaman karena aku sempat kursus stylist selama tiga bulan dan bekerja di tempat kakak temanku” jawabku ringan. “Aku bekerja di SM lewat teman sekolah ibuku dulu”

“Ohh, ada teman ibumu di SM. Kalau begitu, kau harus banyak belajar. Biar tidak dianggap kau masuk SM karena koneksi. Kalau ada yang membuatmu penasaran, tanya saja padaku, ya. Mana ponselmu, biar ku catatkan nomorku” aku hanya menyerahkan ponselku ketika Hyerin memintanya.

Satu jam terasa begitu cepat. Kami yang ada diruangan itu terlibat obrolan hangat. Kebanyakan dari mereka penasaran padaku karena aku stylist baru dan berasal dari Indonesia. Untungnya aku lumayan fasih berbahasa Korea. Jadi, tidak terjadi misunderstanding antara kami. Walau terkadang mereka tertawa mendengar jawabanku yang sangat formal, terkesan seperti menjawab pertanyaan bos.

“Aku balik ke kantor duluan, ya” tiba-tiba Kibum oppa, manejer Super Junior, muncul dan berdiri di pintu ruangan. Kami melambaikan tangan padanya, namun tetap fokus pada permbicaraan kami.

“Ahh, aku mau minum” tiba-tiba Eunhyuk nyelonong masuk ke ruangan tempat kami duduk. Spontan isi ruangan itu riuh kembali.

“Aku juga” ujar Kyuhyun masuk setelah Eunhyuk. Sebagian dari mereka mengambilkan minum dan menyeka keringat tiap member yang masuk ke ruangan itu. Dengan sigap aku juga mengambil dua botol air mineral dan menyerahkan pada member yang baru saja masuk.

“Ahh, minta tissue” tiba-tiba Leeteuk muncul dihadapanku. Karena tergagap, aku malah menyerahkan air mineral yang ada ditanganku. Ia mengernyitkan dahinya.

“Aku minta tissue” ujarnya pendek. Aku merogoh kantong jaketku. Untunglah aku selalu menyelipkan tissue disana. Ia menyeka keringatnya di keningnya dengan cepat. Lalu mengambil air mineral yang ada di tanganku. Aku melongo.

“Ini memang untukku, kan?” tanyanya pendek setelah meneguk habis isi botol itu. Aku hanya menganggukan kepala.

“Ha Seok, minta minumnya juga dong” Ryeowook tiba-tiba muncul dari balik pintu bersama Yesung.

“Ini” aku menyerahkan botol yang ada ditanganku. “Aku ambilkan satu lagi, ya” ucapku pada Yesung. Dia diam saja. Malah duduk. Aneh.

“Ini minumnya” aku menyerahkan sebotol air segar di hadapan Yesung. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya mengucapkan terima kasih di sela nafasnya yang terengah-engah.

“Dia kenapa” tanyaku pada Ryeowook.

“Tadi dia ngedance gila di stage. Hodong-ssi yang memintanya. Dia kan selalu tidak mau kalah” jelas Ryeowook sambil menatap iba pada Yesung yang terduduk diam di sofa.

“Ha Seok, dimana tas ku tadi?” tiba-tiba Leeteuk muncul dihadapanku dan Ryeowook. Apa dia memang suka mengganggu orang yang sedang ngobrol?

“Aku taruh disana” tunjukku ke sudut ruangan, tempat box merah tadi ku letakkan. Lalu aku berjalan kearah sudut itu. Leeteuk mengekorku.

“Astaga! Dimana dia. Aku tadi meletaknya disini” ucapku panik. Aku mengaduk-aduk isi box itu. Lalu memperhatikan sekelilingnya. Siapa tahu tas itu terletak diluar box.

Aishi! Kau letakkan dimana memangnya tadi?” tanya Leeteuk ikut-ikutan mengaduk-aduk box itu.

Otakku berputar. Teringat saat aku hampir bertabrakan denga Leeteuk tadi. Aku langsung berlari keluar ruangan. Yang lainnya hanya melihatku heran.

Aku mencari di sekeliling pintu. Siapa tahu memang terjatuh di sana. Tidak ada! Aku pun menanyakan pada orang-orang yang lewat disana. Siapa tahu mereka melihatnya. Tak satupun yang melihat tas kertas itu. Astaga apa yang harus ku lakukan?

TO BE CONTINUED …

DON’T TAKE OUT!!

Tinggalkan komentar